ACEH UTARA- Pasca jebolnya, bendung irigasi Krueng Pase, di Gampong Leubok Tuwe, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara, telah menyebabkan ribuan petani di delapan kecamatan mengalami kerugian mencapai Rp 132,276 miliar.
Sementara jebolnya, bendung irigasi Krueng Pase tersebut terjadi pada Kamis 24 April tahun 2008 lalu, sehingga membuat warga yang bermata pencaharian sebagai petani sawah tidak dapat bercocok tanam padi selama dua kali musim tanam (MT).
Ribuan petani tersebut tersebar di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Meurah Mulia, Samudera, Syamtalira Bayu, Tanah Luas, Nibong, Syamtalira Aron, Tanah Pasir dan Kecamatan Lapang. Dengan jumlah areal lahan sawah mereka yang tidak melakukan cocok tanam mencapai 9.842 hektar.
“Dua kali musim tanam (MT) itu yakni musim gaduh dari bulan April sampai September dan musim gendengan dari bulan Oktober sampai dengan Maret,”ucap Kepala Dinas Pertanian Aceh Utara, Ir. Mursyid MP, yang didampingi Kepala Bidang Produksi Padi Palawija dan Holtikutural, M. Jamin Ibrahim dan Kasi Padi Palawija Zulkifli, kepada Rakyat Aceh, kemarin.
Dia mengatakan, jebolnya bendung irigasi Krueng Pase di Gampong Leubok Tuwe, merupakan musibah yang menimpang Kabupaten Aceh Utara. Namun, untuk pembangunan bendung tersebut hingga kini masih dilakukan pembangunan dilapangan, sehingga nantinya para petani dapat kembali bercocok tanam dengan mengunakan sumber air irigasi dari Krueng Pase.
Selain itu, sebut Mursyid, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya bendung Krueng Pase tersebut akan difungsikan pada bulan Juli mendatang. Semoga apa yang telah direncanakan itu dapat terwujud demi kepentingan masyarakat petani di delapan kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara. (arm)
Sementara jebolnya, bendung irigasi Krueng Pase tersebut terjadi pada Kamis 24 April tahun 2008 lalu, sehingga membuat warga yang bermata pencaharian sebagai petani sawah tidak dapat bercocok tanam padi selama dua kali musim tanam (MT).
Ribuan petani tersebut tersebar di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Meurah Mulia, Samudera, Syamtalira Bayu, Tanah Luas, Nibong, Syamtalira Aron, Tanah Pasir dan Kecamatan Lapang. Dengan jumlah areal lahan sawah mereka yang tidak melakukan cocok tanam mencapai 9.842 hektar.
“Dua kali musim tanam (MT) itu yakni musim gaduh dari bulan April sampai September dan musim gendengan dari bulan Oktober sampai dengan Maret,”ucap Kepala Dinas Pertanian Aceh Utara, Ir. Mursyid MP, yang didampingi Kepala Bidang Produksi Padi Palawija dan Holtikutural, M. Jamin Ibrahim dan Kasi Padi Palawija Zulkifli, kepada Rakyat Aceh, kemarin.
Dia mengatakan, jebolnya bendung irigasi Krueng Pase di Gampong Leubok Tuwe, merupakan musibah yang menimpang Kabupaten Aceh Utara. Namun, untuk pembangunan bendung tersebut hingga kini masih dilakukan pembangunan dilapangan, sehingga nantinya para petani dapat kembali bercocok tanam dengan mengunakan sumber air irigasi dari Krueng Pase.
Selain itu, sebut Mursyid, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya bendung Krueng Pase tersebut akan difungsikan pada bulan Juli mendatang. Semoga apa yang telah direncanakan itu dapat terwujud demi kepentingan masyarakat petani di delapan kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara. (arm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar